Radar URL

Tampilkan postingan dengan label social media. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label social media. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 September 2013

What Is A Social Media Strategist?


I attend several Networking events and meetings IRL (in real life) and everyone always asks “What Is A Social Media Strategist?” or “OK so youTwitter and Facebook?” Along with other questions. I want to clarify exactly what I do, who I am and some of what you can expect from a Social Media Strategist.

So to answer the Twitter and Facebook question first, yes I Twitter, yes I Facebook BUT that is not all that I do. If this is all that was done then I suppose I would have to be called a Social Media Account Manager? Not sure exactly what it would be called, but no, that’s not me.

A Social Media Strategist, much like myself, is creative; we strategize new and UNIQUE ways to use the Social Web. We also understand that there is a real world. In my opinion, being a Social Media Strategist means that you understand the need to tie in other avenues of marketing to compliment the Social Media efforts.  Our job doesn’t end because we’ve stepped away from the computer. There are so many ways that the real world and the Internet connect and can meet in the middle and Social Media Strategists understand this and incorporate it into campaigns for their clients as well as self.

Social Media Strategists research. We read, watch, listen, review and ultimately learn all of the time. Our downtime is learning about the newest Facebook feature, checking out beta invites for new platforms and or watching videos on new apps to compliment other existing platforms.

Social Media Strategists understand that that SEM (adwords/ PPC), when done correctly can compliment and enhance the efforts of a Social Media Strategy.

Social Media Strategists did not just join Twitter yesterday, they did not just embrace the technology of Facebook in the past month. These people have been a part of these communities for years. They have built a community for themselves and they invite and welcome you in with open arms trying to help anyone they can.

Social Media Strategists are indeed SOCIAL Online. We do not auto feed all of our posts, we do not auto follow back, we do not blast advertisements on our Social Sites and most of all everyone we connect with knows that we love what we do.

Social Media Strategists are NOT Experts! You can’t be an expert in something that is forever changing.

Social Media Strategists can’t promise ANYTHING Online. It’s all about being committed to the campaign and executing it in the best way you can. If something doesn’t work we do not get upset, we are already moving onto the next idea.

Social Media Strategists understand that not every client requires the same strategy. You cannot create a cookie cutter campaign to use for every client.

Social Media Strategists understand traditional marketing. We know that although the Internet is very powerful, you still need to do traditional marketing (in a creative way of course).

Social Media Strategists are positive Online. They respect their own Social Sites just as they will respect yours.

Social Media Strategists are some of the first people to beta test new social sites. They voice their opinions in Tweets and blog reviews, comment often and love being among the first to embrace something new.

Social Media Strategists love to share information that they find valuable.

Social Media Strategists have profiles on other platforms and not just Facebook and Twitter. They use these other platforms as well.

Social Media Strategists do not focus on the numbers. We know that it is about the quality of the following rather than the quantity
 .
Social Media Strategists always have the best interest of their clients in mind.

Social Media Strategists are able to work side by side with webmasters to provide the best Online experience for clients.

Social Media Strategists are real! We really do exist and we really do work.

There are so many other things that a Social Media Strategist is, but I think you all get the picture now.
If you are considering consulting a Social Media Strategist I would like to suggest that you do the following:
  • Google their name. Find out where they are Online, as well as how they use their social sites. How are they branding their own business Online? Take notes and research this as you want someone that can be the Online voice for your company in a positive way. If their social sites seem abandoned or automatically updated with no social aspects, you can expect yours to be that way as well.
  • Ask a lot of questions about services they offer. If you sense passion in their voice or in their email then you know that this isn’t just a way to make a quick buck for them. They really do love what they do.
  • Do they have testimonials from trusted sources? I would check their LinkedIn account for that. Oh that reminds me, do they have a LinkedIn?
I hope this clears up some confusion as to what a Social Media Strategist is and what it is that we do.
It is never easy, but always fun!

Sabtu, 09 Februari 2013

Sosial Media Tak Akan "Matikan" Media Mainstream


Perkembangan sosial media sebagai media pertukaraan informasi nampaknya menjadi ancaman bagi keberlangsungan media mainstream. Namun menurut Corporate Secretary MNC Media Group, Arya Mahendra Sinulingga, media sosial justru membantu dalam mendistribusi konten mediamainstream.

"Tidak perlu diperdebatkan sosial media dapat mematikan fungsi media mainstream, pasalnya sosial media justru membantu distribusi konten media mainstream," tutur Arya Mahendra Sinulingga, Corporate Secretary MNC Media Group, saat menghadiri Seminar Nasional Media Literasi pada Era Digital yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Jakarta, Kamis,(12/7/2012).

Arya menambahkan, penetrasi pengguna internet yang makin tinggi justru memunculkan peluang baru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. "Perkembangan internet akan semakin tinggi dan penggunaan sosial media yang semakin tinggi justru menimbulkan peluang baru," tuturnya.

Meski begitu, ia tak menampik  banyak akun sosial media yang menyajikan informasi dan berpotensi sebagai media baru (new media) yang dapat menggeser media mainstream. Namun, media mainstreammemiliki kelebihan dalam menyajikan informasi yang konsisten yang tidak bisa dilakukan oleh pemilik akun sosial media.

"Memang ada beberapa akun yang berperan dalam memberikan informasi ke masyarakat, namun media mainstream memiliki keuntungan lebih. Pasalnya kami (media mainstream) memiliki konsistensi dalam memproduksi konten. Dan itu tak bisa dimiliki oleh sosial media, meskipun ada mereka harus memiliki beberapa user untuk meng-update informasinya," tegasnya.

Menurutnya, ini bukan merupakan pertentangan, antara media mainstream dan sosial media, justru media mainstream akan bersinergi dalam melakukan distribusi informasi. “Dan sosial media tumbuh pesat berkat keberadaan media mainstream," pungkasnya.


source: http://techno.okezone.com/read/2012/07/12/55/662443/sosial-media-tak-akan-matikan-media-mainstream

Sabtu, 05 Januari 2013

Serba Serbi LinkedIn


REVOLUSI social media yang kini tengah marak di seluruh belahan dunia, membawa perubahan di bidang rekrutmen. Dan untuk urusan rekrutmen di dunia online, LinkedIn masih menjadi rekomendasi paling kuat. Sayangnya, masih banyak yang belum mengoptimalkan lembar profilnya di LinkedIn secara lebih ‘marketable’. Jika Anda serius dengan profil di LinkedIn, cobalah simak 6 tips dari Jeff Haden yang dimuat melalui inc.com.
Step 1. Revisit your goals. Pada tingkat yang paling dasar LinkedIn adalah tentang pemasaran, baik itu pemasaran perusahaan atau pemasaran diri Anda. Profil Anda di LinkedIn sebenarnya lebih luas maknanya dari hanya sekadar sebuah resume. Siapa Anda, sama pentingnya dengan apa yang ingin Anda capai. Jadi, berpikirlah tentang tujuan Anda ke depan dan selaraskan tujuan Anda tersebut ke dalam kata kunci (keyword), karena kata kunci adalah bagaimana orang menemukan Anda di LinkedIn.
Step 2. Layer in your keywords. Headline adalah faktor utama dalam hasil pencarian, jadi pilihlah kata kunci Anda yang paling penting dan pastikan itu muncul dalam headline Anda. Yang paling penting, tidak berarti paling dicari, meskipun, jika Anda memberikan layanan kepada pasar yang sangat tertarget, namun kata kunci dalam headline harus bisa mencerminkan ceruk itu.
Step 3. Strip out the clutter. Jika Anda termasuk orang rata-rata, biasanya Anda akan berganti pekerjaan sebanyak 6 atau 8 kali sebelum Anda mencapai usia 30. Namun begitu, pengalaman itu hanya relevan ketika berhubungan dengan tujuan Anda saat ini. Anda dituntut untuk jeli memasukkan pengalaman kerja di profil Anda. Jika saat ini Anda seorang desainer Web tetapi Anda pernah bekerja sebagai seorang akuntan sebelumnya, maka latar belakang akuntansi Anda ini sedikit mengganggu. Jauhkan pekerjaan sebelumnya yang tidak relevan dengan profesi yang ingin Anda geluti saat ini.
Step 4. Reintroduce your personality. Fokus pada kata kunci dan menghilangkan pengalaman kerja memang penting, tetapi mungkin ada sesuatu yang kurang. Untuk itu Anda dapat menambahkan sedikit antusiasme dan menceritakan bagaimana kuatnya bakat Anda. Ceritakan, mengapa Anda begitu mencintai apa yang Anda lakukan dalam profil Anda. Berbagilah tentang apa yang telah Anda capai, bisa memulai dengan menjelaskan perusahaan tempat Anda bekerja atau proyek yang telah Anda selesaikan. Kata kunci memang penting, namun itu hanyalah sebuah tools untuk membantu klien potensial menemukan Anda. Ingat, tidak ada orang yang merekrut kata kunci, mereka tetap saja merekrut orang.
Step 5. Take a hard look at your profile photo. Sebuah foto mencerminkan litle logo. Foto profil yang baik memang tidak akan menjamin Anda secara otomatis mendapatkan pekerjaan. Namun foto yang buruk jelas menghilangkan Anda akan datangnya sebuah kesempatan bagus. Lihatlah foto Anda saat ini. Apakah itu mencerminkan siapa diri Anda sebagai seorang profesional?
Step 6. Get recommendations. Kebanyakan dari kita, tentu tidak ingin melewatkan begitu saja rekomendasi atau testimonial ketika membaca profil seseorang. Meskipun kita tahu bahwa orang-orang tersebut -mungkin- dengan sengaja meminta testimonial kepada orang lain. Rekomendasi jelas menambah warna dan kedalaman ke profil LinkedIn Anda. Jadi tidak ada salahnya Anda meminta rekomendasi kepada kolega terdekat, dan juga menawarkan untuk memberikan rekomendasi kepada orang lain.
Tetapi ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam aktivitas berjejaring sosial yang satu ini, terkadang ada beberapa kesalahan yang kita buat yang seharusnya tidak kita lakukan, Berikut adalah beberapa kesalahan dalam penggunaan LinkedIn:

1. Foto keluarga dan foto seksi

Sikap sayang anak dan keluarga seringkali ditunjukkan dengan cara memposting foto mereka di situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Tidak masalah jika dilakukan di jejaring sosial yang lain, namun sebaiknya tidak dilakukan di LinkedIn. Pasalnya, apa yang telihat lucu di Facebook tidak selalu cocok bagi dunia kerja. Ini seharusnya disadari oleh pengguna LinkedIn, akan tetapi dari apa yang dilansir Huffington Post, foto anak-anak di LinkedIn masih saja ditemui. Foto lainnya yang sebaiknya tidak ada di LinkedIn anda adalah foto yang terlalu seksi dan vulgar, menggunakan animasi atau yang tidak menimbulkan imej baik untuk anda.

2. Terlalu banyak berbagi atau oversharing

Melakukan penggabungan beberapa jaringan sosial yang anda ikuti, seperti Twitter dan Facebook terkadang menjadi pilihan seseorang. Namun baiknya hal tersebut dihindari jika anda posting di jejaring sosial terlalu banyak. Hal ini akan membuat LinkedIn anda penuh dengan hal-hal yang tidak profesional. Ada baiknya anda memisahkan urusan profesionalitas di LinkedIn dan jejaring sosial lain untuk bersenang-senang.

3. Penyerangan terhadap user lain

LinkedIn terkadang digunakan oleh perusahaan yang sedang mencari karyawan. Dalam melihat calon karyawan, berbagai macam poin bisa menjadi pertimbangan. Salah satunya adalah sikap dari calon pegawai tersebut. Sikap yang tidak terpuji tentu akan menjadi hambatan tersendiri bagi seseorang untuk dilirik menjadi pegawai oleh orang lain. Sikap tak terpuji ini antara lain suka menyerang atau melakukan bullying kepada orang lain secara tertulis. Sikap negatif ini tentu akan menjadi pertimbangan bagi perekrut di suatu perusahaan.

4. Terlalu banyak koneksi, padahal tidak kenal

Tidak dilarang jika anda memiliki banyak koneksi pada pengguna yang ada di LinkedIn. Hanya saja jika terlalu banyak dan tidak memberikan manfaat hanya akan menjadi bumerang. Yang terpenting adalah bukan banyaknya koneksi anda di LinkedIn, namun seberapa baik anda mengenal mereka semua. Sebaiknya justru anda berhati-hati terkoneksi dengan akun LinkedIn lainnya. Jika akun yang terkoneksi dengan anda tersebut memiliki latar belakang tidak bagus di dunia kerja, bisa jadi membuat imej anda menjadi ikutan buruk saat dia terlihat pada daftar koneksi anda.

5. Profil tidak cukup jelas

Profil yang anda informasikan pada LinkedIn pada dasarnya mirip dengan CV yang diberikan pada saat melamar pekerjaan. Jika data-data tidak jelas, maka akan membuat kerugian pada diri sendiri. Salah satu yang terpenting adalah dimana anda bekerja sebelumnya. Menulis nama mantan perusahaan tempat anda bekerja itu saja tidak cukup, paling tidak anda harus menulis juga posisi dan tanggung jawab anda saat bekerja disana. Terlebih lagi jika anda bisa menuliskan pernah terlibat proyek apa saja di dalam perusahaan tempat anda bekerja dulu. Hal ini sangat penting dan akan menjadi pertimbangan bagi perekrut karyawan di suatu perusahaan.

Demikianlah beberapa hal yang dapat anda lakukan dan perlu di perhatian dalam berjejaring sosial, salam sukses ^_^


Selasa, 18 Desember 2012

Instagram Jual Foto Pengguna?



KOMPAS.com — Instagram mengubah Kebijakan Privasi dan Syarat Layanan yang berhubungan dengan hak kekayaan intelektual. Mereka mengklaim punya hak untuk menjual foto pengguna tanpa membayar dan pemberitahuan.

Kebijakan ini berlaku mulai 16 Januari 2013, atau 8 bulan setelah Instagram diakuisisi Facebook pada Mei 2012. Mungkinkah ini langkah Facebook meraup keuntungan dari Instagram?

Di bawah kebijakan baru itu, Facebook tampak mengklaim hak abadi atas lisensi foto publik di Instagram. Foto itu rencananya akan dikomersialkan untuk perusahaan dan organisasi lainnya, termasuk untuk tujuan periklanan.
Berikut adalah kutipan dari Syarat Layanan baru Instagram:

Dengan ini, Anda memberikan lisensi yang berlaku di seluruh dunia pada Instagram secara non-eksklusif, telah terbayar penuh, bebas royalti, bisa dipindahkan, bisa dilisensikan ulang, untuk menggunakan konten yang Anda sampaikan di atau melalui layanan ini.
Untuk membantu kami menghadirkan konten berbayar ataupun promosi, Anda mengizinkan bisnis atau organisasi lain membayar kami untuk menampilkan username milik Anda, kecenderungan, foto (termasuk metadata yang terkait), dan/atau aktivitas yang Anda lakukan, terkait dengan konten sponsor atau berbayar, tanpa kompensasi untuk Anda.
Jika pengguna tak menghapus akun sebelum 16 Januari 2013, mereka dianggap menyetujui persyaratan baru; dan jika pengguna tetap mengunggah foto ke Instagram atau menghapus akunnya setelah tenggat waktu, pengguna dianggap memberi hak kepada Facebook dan Instagram atas foto tersebut.

Kebijakan ini sontak mendapat protes dari pengguna Instagram. Facebook seakan ingin menjadikan Instagram sebagai situs agen foto. Penulis sekaligus pengembang perangkat lunak Reginald Braithwaite menilai, pengguna Instagram saat ini hanyalah sapi perah yang memproduksi foto, untuk kemudian dijual oleh Facebook dan Instagram kepada pihak ketiga.
Benarkah demikian?
Hal itu dibantah oleh pendiri Instagram, Kevin Systrom. "Jelas saja, bukanlah niatan kami untuk menjual foto Anda," sebut Kevin dalam sebuah posting blog yang dikutip BBC.

Menurutnya, telah terjadi kesalahan dalam berbahasa (dalam penyusunan Syarat Layanan yang baru) dan akibatnya pengguna jadi bingung.

"Kami sedang menyusun cara penyampaian yang baru dalam persyaratan itu agar hal ini menjadi jelas," kata Systrom.